Sejak dahulu, dukun sudah mendapatkan
tempat di tengah kehidupan masyarakat. Tidak hanya pada zaman sekarang atau di
zaman dahulu. dukun sudah mempunyai peran di hati masyarakat yang
menggandrunginya. Bagi mereka dukun adalah tempat untuk menyelesaikan masalah.
Tempat untuk meminta saran dan pendapat. Tempat untuk menunjang keberhasilan
dan kesuksesan yang mereka inginkan.
Pada zaman kita
sekarang, praktik perdukunan juga banyak. Bukan karena himpitan ekonomi. Tetapi
karena jauhnya masyarakat dari ajaran agama, serta keengganan mereka untuk
mempelajari dan mengamalkannya. Jumlah dukun sangatlah banyak ada dukun yg bisa
menguasai jin, dukun yang dikendalikan jin, dan dukun yang tidak bisa apa”
Tidak semua dukun yang membuka praktik
perdukunan benar-benar seorang dukun. Tidak semua dukun dibantu oleh jin dalam
praktiknya. Tidak semua dukun menguasai ilmu-ilmu mistik atau supranatural. Di
antara mereka banyak juga yang hanya modal nekat. Karena susah cari pekerjaan
atau sulit mencari penghasilan, akhirnya dengan intrik dan rekayasa serta trik
tersembunyi mereka membuka praktik perdukunan.
Dengan latar belakang tersebut, tanpa terasa manusia telah menghadirkan berbagai masalah agama, sosial-budaya dan penyakit, dimana tidak semua orang mampu mengatasinya. Permasalahan tersebut pada akhir-akhir ini barulah disadari, sehingga para pakar mulailah memikirkan bagaimana dapat me-reduksi dampak negatif, lalu bagaimana mengendalikan, serta bagaimana cara menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh “penyakit teknologi” tersebut di atas. Maka pelulis mulai mencoba membahas ilmu perdukunan ditinjau dari sudut pandang filsafat Ilmu dan berbagai disiplin ilmu, terutama sudut pandang keagamaan dan budaya untuk melakukan riset serta menggali kembali pustaka-pustaka lama, nilai-nilai kebajikan lokal yang tersirat di dalamnya, dengan harapan adalah untuk mendapatkan jawaban atas “penyakit IPTEKS” yang ada sekarang.
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar