Fandi Tjiptono
Prinsip
- prinsip
TOTAL
QUALITY SERVICE
Penerbit ANDI Yogyakarta
Kelompok 5
F. Rezario Anggraini
Ika Purwati
Mariam La Syifa
Purnama Imaniarti
Wilya Ayurista
BAB SATU
KUALITAS
Kata “KUALITAS” mengandung banyak definisi dan makna. Setiap
orang bisa mengartikannya berbeda-beda . untuk dapat memecahkan hal tersebut
kita dapat melakukan strategi-strategi dasar sebagai berikut :
1.
Menetapkan
tujuan yang jelas
Setiap
perusahaan harus mempunyai tujuan yang spesifik dan jelas agar bisa berhasil
dan menetapkan kualitas. Bila visi dan tujuan organisasi ditetapkan dengan
cermat dan didasarkan pada tuntutan pelanggan, maka organisasi yang
bersangkutan dapat mencapai pertumbuhan dan profitabilitas yang besar.
2.
Memprakarsai
atau mendefinisikan budaya organisasi
Strategi
ini tidak diarahkan pada pemecahan masalah, tetapi lebih pada upaya memperbaiki
kondisi dasar didalam organisasi, agar semua karyawan bisa bekerja secara lebih
baik dan lebih sukses. Sikap perilaku setiap individu sangat penting dalam
membangun kerja sama dalam organisasi. Moral dan semangat kerja tinggi, rasa
antusias untuk merampungkan pekerjaan dengan baik, ketepatan waktu, loyalitas,
dan ketekunan, baik pada perusahaan maupun pada karyawan akan menciptakan kerja
sama yang menguntungkan.
3.
Mengembangkan
komunikasi yang efektif dan konsisten
Mendengarkan merupakan aspek yang sangat penting bagi
setiap perusahaan. Mendengarkan karyawan dan pelanggan merupakan cara yang
efektif untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dan akurat mengenai
sasaran,tujuan, prioritas, dan kepuasan mereka.
Konsisten
sangat mebantu setiap individu untuk memahami bahwa konstribusi individual
mereka dapat memberikan hasil yang signifikan bagi organisasi secara
keseluruhan.
4.
Melembagakan
pendidikan dan pelatihan
Pelatihan
sangat penting bagi setiap orang. Semakin baik seorang karyawan dilatih, maka
akan semakin baik pula kinerjanya. Ada dua prespektif penting dalam pelatihan:
-
Prespektif
pengembangan organisasi (otak kanan)
Menyangkut proses dan transisi
·
Proses
kelompok
·
Proses
perubahan
·
Perencanaan,
pemecahan
·
Masalah,
pengambilan keputusan
·
Proses
konsultasi
Menyangkut
interaksi dan hubungan
·
Keterampilan
komunikasi
·
Keterampilan
memberikan umpan balik
·
Keterampilan
manajemen konflik
·
Perasaan
dan kesadaran
-
Presfektif
stastitikal (otak kiri)
Menyangkut data
·
Yang
diamati, yang diukur, riil, obyektif, kebenaran
Menyangkut logika
·
Kesimpulan
yang biasa didasarkan pada analisis data secara akurat
5.
Mendorong
perbaikan terus-menerus
Program
perbaikan kualitas secara terus-menerus menempatkan pelanggan sebagai pihak
terpenting. Program yang kerapkali disebut pula program customer-based ini
sangat menekankan aspek kesinambungan (terus-menerus),karena unsure-unsur yang
terdapat dalam kualitas selalu mengalami perubahan.
DEFINISI MENURUT PARA GURU KUALITAS
Definisi umum tersebut dikemukakan oleh 4 guru kualitas:
1.
Josep M.
Juran
Ia
menegaskan pentingnya indentifikasi dan pemecahan /elminasi penyebab suatu
masalah, menurutnya langkah ini sangat krusial, karena bila mencari jalan
pintas – dari gejala langsung diberikan solusi - , maka sumber persoalan
sesungguhnya belum diatasi dan sewaktu-waktu bisa terulang kembali.
2.
Philip B.
Crosby
Ia
mengemukakan pentingnya melibatkan setiap orang dalam organisasi pada proses ,
yaitu dengan jalan menekankan kesesuaian individu terhadap
persyaratan/tuntutan.
3.
W .
Edwards Deming
Strategi
deming berfikus pada proses untuk mengeliminasi variasi, karena sebagian besar
variasi (kurang lebih 92%) dapat dikendalikan manajemen
4.
Taguchi
Taguchi
mendefinisikan kualitas sebagai kerugian yang ditimbulkan oleh suatu produk
bagi masyarakat setelah produk tersebut dikirim, selain kerugian-kerugian yang
disebabkan fungsi intrinsic produk.
KARAKTERISTIK
FUNGSIONAL ISTILAH “KUALITAS”
Ada
3 kombinasi karakteristik, didasarkan pd 3 faktor :
1.
Karakteristik
kualitas
output dr suatu proses yang penting bagi pelanggan
2.
Karakteristik
kunci dari kualtas ( key quality characteristics)
Kualitas
yang paling terpenting
3.
Variable
kunci dari proses (key process variables)
Komponen-komponen
proses yang dimiliki hubungan sebab akibat yang cukup dengan karakteristik
kunci dari kualitas.
BAB DUA
BARANG versus JASA
PERBEDAAN ANTARA BARANG DAN JASA
Orang sering
merancukan istilah produk (product), barang (goods), dan jasa (services).
Istilah yang paling luas pengertian dan cakupannya adalah produk. Secara
konsseptual, produk merupakan pemahaman subyektif dari produsen atas “sesuatu”
yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar.
Bila ditinjau
dari aspek berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok utama yaitu:
1.
Barang
Merupakan hasil atau keluaran (output) berwujud fisik (tangible)
dari proses transformasi sumberdaya, sehingga bisa dilihat, dan mendapat
perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari aspek tahannya, terdapat dua macam
barang , yaitu:
a.
Barang tidak tahan lama (nondurable goods)
Barang yang berwujud biasaanya habis dikonsumsi dalam satu atau
beberapa kali pemakaiana. Ct, sabun, minumamn, dan mkanan ringan.
b.
Barang tahan lama (durable goods)
Barang berwujjud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak
pemakaian. Ct, TV, lemari es, mobil, computer dll.
2.
Jasa (services)
Merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual. Ct, bengkel reparasi,kursus, jasa telekomunikasi, dll.
Jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dr
barang, yaitu:
1.
Intangibility
Jasa berbeda dengan barang . jika barang merupakan suatu obyek,
alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau
usaha.
Jasa bersifat itangible, maksudnya tidak dapat
dilihat,dirasa,dicium,didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.
Konsep intangible pada jasa memiliki dua pengertian, yaitu:
a.
Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.
b.
Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefinisikan,
diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah.
2.
Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudan dijual, lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa dilain pihak, umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan cirri khusus
dala pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa
tersebut.
3.
Variability
Jasa bersifat sangat variable karena merupakan non-stan-dardized
output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis,tergantung pada
siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
3 tahap dalam pengendalian kualitasnya, yaitu:
a.
Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang
baik.
b.
Melakukan standarisasi proses pelaksanaan
jasa(services-perfomence proses)
c.
Memantau kepuasan pelanggan melalui system saran dan keluhan,
survai pelanggan, dan comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik
dapat dideteksi dan dikoreksi.
4.
Perishability
Jasa
merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.
PROSES JASA
Proses
didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang
dan bersama-sama untuk mentransformasi input yang disediakan pemasok menjadi
output yang diterima oleh pelanggan. Output merupakan apa yang dihasilkan oleh
aktivitas-aktivitas tersebut.
Dalam kualitas
jasa, definisi proses hampir sama saja, kecuali bahwa rangkaian aktvitas yang
dilakukan bisa dipandang sebagai kombinasi dari:
Ø Struktur : sumber daya yang disiapkan, didata, dan digunakan untuk
menyampaikan jasa
Ø Proses : jasa yang bersangkutan
Ø Hasil (outcome): hasil yang bernilai dari jasa
VARIASI JASA
Variasi bisa
diartikan sebagai perbedaan antara tindakan atau aktivitas tertentu dengan
hasil yang ditargetkan. Variasi merupakan komsep penting dalam lingkup kualitas
dan harus dipahami oleh semua karyawan. Variasi merupakan penyebab terjadinya cacat
atau kerisakan dan tidak seragamnya jasa. Agar dapat memainkan peranan yang
diharapkan, para karyawan perlu dilibatkan dalam pemanfaaatan metode-metode
statistic guna menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen untuk melakukan
perbaikan.
Ada 2 type variasi :
1.
Special cause
Merupakan variasi yang ditimbulkan oleh factor-faktor yang bukan
merupakan bagian dari proses dan hanya terjadi dalam keadaan terrentu, misalnya
kesalahan pengiriman baku.
2.
Common cause
Terjadi disemua macam proses dan semua type organisasi.
Baik commom cause maupun special cause harus ditangani
bersama-sama oleh manajemen dan karyawan.
BIAYA KUALITAS JASA
Biaya kualitas
merupakan biaya yang terjadi atau mungkin aka terjadi karena kualitas yang
buruk. Secara garis besar, biaya kualitas dapat dikelompokan menjadi:
1.
The price of conformance (voluntary cost)
a.
Biaya pencegahan(prevention cost)
Biaya yang terjadi untuk mencegah keusakan produk yang
dihasilkan.
b.
Biaya deteksi/penilaian (detection/appraisal cost)
Biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah
sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas.
2.
The price of nonconformance (failure cost)
c.
Biaya kegagalan internal (internal failure cost)
Biaya yang terjadi karena ada ketidak sesuaian dengan persyaratan
dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut disampaikan kepada pelanggan.
d.
Biaya kegagalan eksernal (external failure cost)
Biaya
yang terjadi karena barang atau jasa yang tidak memenuhi persyaratan telah
disampaikan kepada pelanggan
Berikut adalah cotoh item-item
biaya kualitas jasa/layanan bersifat departemental basis:
1.
Akuntansi
-
Presentase keterlambatan penyusunan laporan keuangan
-
Input computer yang keliru
-
Kesalahan dalam laporan keuangan tertentu yang diaudit
-
Presentase kesalahan signifikan dalam laporan keuangan
2.
Administrative
-
Keberhasilan dalam memaksimalkan peluang diskon melalui pemesanan
gabungan (consolidated ordering)
-
Keberhasilan dalam
meneliminasi pelanggaran keamanan
-
Keberhasilan dala melakukan penetapan harga
-
Waktu yang dibutuhkan untuk menata atau mencari arsip=arsip
-
Presentase pembelian yang tepat
3.
Klerikal
-
Ketikan dan ejaan yang akurat
-
Angka decimal yang dituliskan dengan tepat
-
Kalkulasi yang benar dalam rekening /tagihan
4.
Pemrosesan data
-
Rerun time
-
Computer downtime
-
Kesalahan memasukan data
-
Kecepatan dalam menghasilkan output
-
Efektifitas penjadwalan
-
Program debugging time
5.
Financial/keuangan
-
Kekeliruan pengajuan rekening
-
Ketepatan waktu dalam memnyajikan laporan keuangan
-
Akurasi anggaran yang disusun
-
Kekeliruan dalam penyusunan daftar gaji
6.
Pemasaran
-
Keberhasilan dalam mengurangi complain melalui survai pelanggan
-
Daya tanggap (responsiveness) terhadap permintaan pelanggan
-
Akurasi permasalahan pemasaran
-
Pencapaian target pelanggan baru
7.
Personalia
-
Efektivitas kompensasi
-
Tingkat perputaran karyawan
-
Jam kerja tanpa kecelakaan
-
Jumlah klaim asuransi kesehatan keselamatan karyawan
-
Efektivitas pelatihan
8.
Manajemen proyek
-
Kualitas proposal yang diajukan
-
Backlog
-
Koordinasi aktivitas pendukung
-
Kekuatan (soundness) rencana proyek
9.
Jaminan kualitas
-
Kekeliruan inspeksi
-
Kesalahan program sampling
-
Ketepatan waktu dalam penyajian lapporan
-
Akurasi pemeringkatan kualitas pemasok
-
Keluhan pelanggan
10. Keamanan
-
Pemrosesan identifikasi pengunjung secara akurat
-
Efektivitas program keamanan
BAB TIGA
KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan salah satu unsur paling penting dalam
kerangka Total Quality Service (TQS). Komunikasi
verbal bias berlangsung dalam bentuk tatap muka langsung satu-lawan-satu,
kelompok kecil, serta dalam pertemuan dan presentasi.
Sedangkan komunikasi nonverbal biasa dilakukan dalam bentuk surat
bisnis, memo, laporan berkala (newsletters) , grafik, atau laporan lainnya.
Aspek komunikasi nonverbal lainnya adalah bahasa tubuh (body language), kontak mata, dan pakaian. Salah satu fakta
pendukungnya adalah hasil penelitian Mehrabian (dalam Stamatis, 1996).
Mehrabian menyimpulkan bahwa bobot relatif untuk impak verbal adalah 7% vokal
38%, dan ekspresi wajah 55%.
Banyak sekali perusahan yang mengalami permasalahan dalam
komunikasi. Persoalan macetnya atau terhambatnya komunikasi sebenarnya tidak
hanya dimonopoli oleh organisasi bisnis (manufaktur maupun jasa), tetapi oleh
hamper setiap orang atau profesi. Masih banyak permasalahan komunikasi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini mencoba menganalisis berbagai
aspek dan permasalahan komunikasi dalam organisasi, serta menyajikan kiat
mewujudkan komunikasi organisasi yang efektif, khususnya dalam kerangka TQS.
PROSES KOMUNIKASI
Secara sederhana,
komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses transfer informasi atau
pesan-pesan dari pengirim pesan (komunikator) kepada penerima (komunikan).
Proses komunikasi terdiri
atas tiga unsur pokok yaitu:
1.
Pelaku
komunikasi yang terdiri atas pengirim pesan atau komunikator yang menyampaikan
pesan dan penerima pesan komunikan.
2.
Materi
komunikasi yang meliputi gagasan (materi pokok yang hendak disampaikan
pengirim), pesan (himpunan berbagai symbol, baik oral, verbal, maupun nonverbal
dari suatu gagasan yang hanya dapat dikomunikasikan melalui suatu media), media
(pembawa/transporter pesan komunikasi), respone
(reaksi pemahaman atas pesan yang diterima oleh penerima), feed-back (pesan umpan balik dari
sebagian atau keseluruhan respon yang dikirim kembali oleh penerima), dan
gangguan (segala sesuatu yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi).
3.
Proses
komunikasi yang terdiri atas proses penyampaian pesan (dari pengirim kepada
penerima) maupun pengiriman kembali respon (dari penerima kepada pengirim).
Dalam hal ini diperlukan dua kegiatan, yaitu encoding (fungsi mengirim) adalah
proses merancang atau mengubah gagasan secara simbolik menjadi suatu pesan
untuk disampaikan kepada penerima dan decoding (fungsi menerima) adalah proses
menguraikan atau mengartikan symbol sehingga pesan yang diterima dapat
dipahami.
FAKTOR PENGHAMBAT EFEKTIVITAS
KOMUNIKASI ORGANISASI
Proses komunikasi dalam sebuah organisasi tidaklah selalu
berjalan lancer mulus, tetapi sering kali mengalami hambatan atau gangguan.
Factor-faktor yang bisa menghambat komunikasi organisasi meliputi :
1.
Pengaruh
perbedaan status (status effects)
Ini
terjadi apabila salah satu pihak (bisa komunikator, bisa pula komunikan)
memiliki status yang lebih tinggi dalam jenjang hirarki organisasi. Sebagai
contoh, biasanya seorang bawahan sukar mengungkapkan ketidaksetujuannya atas pendapat,
saran atau keputusan bosnya.
2.
Permasalahan
semantic (semantic problems)
Ini
terjadi kalau salah satu pelaku komunikasi menggunakan istilah atau jargon yang
tidak umum atau tidak dipahami mitranya. Sekedar contoh, kata ‘gaya’ bisa
mengacu pada istilah force (terutama
dalam bidang fisika), bisa pula style (untuk konteks manajemen ataupun bahasa).
3.
Perbedaan
budaya (cultural differences)
Factor
ini mempengaruhi komunikasi antar individu dari departemen yang berbeda dalam
suatu organisasi, misalnya antara manajer litbang dan manajer operasi.
4.
Gangguan
yang bersifat fisik (physical distraction)
Ini bisa
disebabkan ruangan dengan sistem kedap suara yang kurang memahami sehingga
suara bising kendaraan yang lalu-lalang diluar terdengar jelas, begitu pula
suara mesin ketik di ruang lain.
5.
Pilihan
saluran komunikasi yang buruk (poor choice of communication channels)
Apabila
kita mengharapkan tanggapan langsung dari penerima pesan, kita tidak perlu
menulis sebuah laporan pembahasan yang panjang.
6.
Tidak ada
umpan balik (no feedback)
Meskipun
komunikasi satu arah lebih cepat, hasil komunikasi dua arah akan lebih akurat.
Komunikasi dua arah dapat memampukan mereka untuk menyikap kesalahpahaman
diantara mereka dan memperbaiki, sehingga kualitas penerimaan dan
penyambutannya bisa lebih baik.
KUNCI KOMUNIKASI ORGANISASI YANG EFEKTIF
Untuk mewujudkan
komunikasi organisasi yang efektif dibutuhkan lima macam keterampilan pokok
yaitu:
1.
Mendengarkan
(listening).
Ada beberapa kiat yang bisa diterapkan
untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan, diantaranya:
a.
Lakukan
Pendekatan Dengan Sikap yang Positif
b.
Jarang
Mencari-cari Alasan
c.
Pertahankan
Konsentrasi
d.
Carilah
Sesuatu yang Membangkitkan Minat Anda
e.
Jangan
Terperangkap dan Membiarkan Anda Terburu-buru
f.
Tempatkan
Diri Anda Pada Posisi Orang Lain (Empati)
g.
Bersikap
Kritis Terhadap Isi Pesan
h.
Jangan
Ragu-ragu Untuk Bertanya
2.
Memberi
dan menerima umpan balik (feedback skills).
3.
Menunjukkan
ketegasan (assertiveness).
4.
Menangani
konflik (resolving conflicts).
Konflik, ketegangan dan masalah antar
individu atau kelompok dalam sebuah organisasi merupakan hal yang tidak dapat
dihindari. Secara sederhana, konflik dapat diartikan sebagai ketidaksetujuan
antara dua atau lebih anggota organisasi atau kelompok-kelompok dalam
organisasi.
5.
Serta
memecahkan masalah (problem solving).
Kelima keterampilan utama ini dapat
dikembangkan melalui pelatihan, baik bersifat on the job training maupun off
the job training.
Memecahkan masalah berkenaan dengan
upaya mencari kesepakatan bersama mengenai keputusan dan tindakan yang harus diambil
dalam situasi bermasalah.
Oleh sebab itu
dibutuhkan suatu proses yang meliputi:
a.
Sebagai manajer, anda perlu berbagi fakta,
perasaan, nilai-nilai dan pendapat mengenai situasi/masalah yang dihadapi
dengan mereka yang dapat memberikan kontribusi positif.
b.
Anda
menggali situasi tersebut dari sebanyak mungkin sudut pandang yang ada, dengan
cara mencari masukan dari orang lain yang terlibat.
c.
Anda
mengidentifikasi semua pemecahan yang mungkin.
d.
Anda
mengkaji pemecahan-pemecahan tersebut berdasarkan kriteria yang telah
disepakati guna mencapai hasil yang positif.
e.
Anda
menyetujui pemecahan yang paling memenuhi kriteria diatas dan yang sesuai
dengan situasi yang ada, bukan untuk keinginan orang-orang tertentu (termasuk
Anda sendiri).
PERANAN MANAJER SEBAGAI KONSELOR DAN PELATIH
Untuk lebih mengoptimalkan kemampuan komunikasi organisasi, ada
dua keterampilan lain yang perlu dikuasai oleh setiap manajer. Kedua
keterampilan tersebut berkenan dengan peranan manajer sebagai konselor dan
sebagai pelatih (coach). Kemampuan komunikasi yang dituntut dalam memainkan
peranan sebagai pelatih meliputi:
·
Menetapkan
target-target yang spesifik, jelas, dan dapat dicapai.
·
Menjalin
dan memelihara hubungan kerja yang akrab dengan karyawan.
·
Mempertahankan
cara pemecahan masalah bersama.
·
Memahami
perasaan pribadi karyawan yang bimbing.
·
Mendengarkan
dengan aktif
Melalui penguasaan
berbagai keterampilan pokok berkomunikasi yang telah dibahas, diharapkan
efektivitas komunikasi dalam organisasi dapat semakin baik. Pada gilirannya,
ini akan berdampak pada pencapaian tujuan organisasi yang semakin hari semakin
baik.
Pelajari lebih banyak lagi tentang dunia kerja
BalasHapus